REPUBLIKA.CO.ID, Pada satu hari, Rasulullah SAW bertamu kepada Ummu Haraam binti Malhaan. Nabi akhir zaman itu tidur siang di rumah bibinya itu. Dia lantas terbangun dan tertawa. Wanita itu berkata, "Ada apa denganmu wahai Rasulullah? Apa yang membuatmu tertawa?"
Dia pun bersabda, "Aku baru saja melihat orang dari umatku mengarungi lautan berperang di jalan Allah, bagai raja di atas ranjang." Dia berkata, "Berdoalah kepada Allah agar aku salah satu di antaranya." Dia bersabda, "Kamu di antara mereka."
Hari demi hari pun bergulir. Setelah Rasulullah SAW wafat dan masa kekhalifahan telah usai, tampuk kepemimpinan kaum Muslimin dipegang oleh Muawiyah. Dia menyerukan kepada bala tentaranya untuk berjihad di jalan Allah SWT.
Hingga sampai arah bidikan ke tanah Konstantinopel, sebuah negeri Romawi yang amat sukar ditaklukkan. Mendengar seruan berjihad itu, seorang kakek uzur yang pernah mendengar hadis Nabi SAW di atas pun bergegas mengambil pedang dan tombaknya.
Siapakah kakek itu? Dia adalah Abu Ayyub al-Anshari, penduduk Madinah yang rumahnya ditunjuk unta Nabi SAW sebagai tempat tinggal sementara setelah berhijrah dari Makkah. Sejarah mencatat betapa Abu Ayyub memuliakan tamu agung itu. Abu Ayyub menyediakan makanan terlezat untuk Nabi SAW. Saat Nabi memilih untuk tidur di bawah agar dekat dengan masjid, Abu Ayyub tak bisa tidur semalaman karena merasa tak layak untuk tidur di atas Nabi.
Syekh Aidh al-Qarni menjelaskan, Abu Ayyub memuliakan Nabi SAW melebihi apa yang dilakukan seorang murid kepada gurunya, seorang Muslim kepada imam besar atau seorang pelayan kepada tamunya. Ketika Rasulullah SAW hendak keluar, Abu Ayyub memakaikan sandalnya ke kaki Nabi SAW. Dia berdiri untuk menerimanya dan berdiri saat henda...