Catatan Cak AT: Janji Damai Pencitraan

 Dok RUZKA INDONESIA) Foto ilustrasi Catatan Cak AT: Janji Damai Pencitraan. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA)

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Konon, pada suatu masa, dunia menanti juru selamat datang dari Timur.

Tapi entah bagaimana, tiba-tiba yang muncul justru dari arah Washington, dengan rambut pirang yang seolah menolak arah angin dan gaya pidato seperti salesman di pasar loak sejarah.

Nama juru selamat itu: Donald J Trump. Ia datang bukan membawa salib, tapi proposal perdamaian; bukan menumpahkan anggur, tapi minyak; bukan menyembuhkan yang luka, tapi menandatangani kontrak senjata.

Dunia bersorak. CNN, BBC, bahkan Aljazeera menyiarkan kabar: Hamas setuju proposal Trump.

Baca juga: Senator Paparkan Tantangan TNI di Masa Depan

Oh, betapa mulianya. Setelah tujuh puluh tujuh (77) tahun derita, sejak 1948 saat berdirinya negara Israel dan terjadinya Nakba, Palestina akhirnya ditawarkan kedamaian dari Gedung Putih —gedung yang catnya putih, tapi sejarahnya penuh darah.

Trump berbicara dengan gaya seorang pendeta di depan jemaat yang terpesona oleh mukjizat. "Mereka siap untuk perdamaian yang bertahan lama," katanya.

Lalu ia menatap kamera, menambahkan: "Israel harus berhenti membombardir Gaza." Dunia pun menghela napas, seolah mendengar sabda...