REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI -- Ratusan alumni Pesantren Lirboyo Kediri, Jawa Timur, pada Selasa (21/10/2025), mengadakan aksi damai di halaman kantor Pemkab Kediri, menuntut agar pemilik televisi Trans7 Chairul Tanjung datang langsung menemui masyaikh. Ketua Himpunan Alumni Santri Lirboyo (Himasal) Kediri Raya KH Abu Bakar Abdul Jalil mengatakan aksi ini digelar sebagai wujud solidaritas dalam membela Pesantren Lirboyo Kediri.
"Kami sebagai santri rela menjadi budak bagi orang yang memberikan ilmu, apalagi mondok (mengaji di pondok pesantren) di Lirboyo, tidak hanya satu atau dua hari," katanya dalam aksi damai di Kantor Pemkab Kediri, Selasa.
Jalil menambahkan pesantren sudah ada jauh sebelum Indonesia resmi dideklarasikan merdeka. Bahkan pesantren merupakan tempat mendidik yang tua.
Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, kata dia, didirikan pada 1910 oleh Kiai Haji Abdul Karim, jauh sebelum Indonesia dideklarasikan pada 1945. Saat itu para kiai sudah berjuang untuk mencerdaskan anak bangsa. Para kiai rela dengan harta mereka untuk pendidikan, khususnya di pondok pesantren.
Di pondok pesantren, lanjutnya, juga diajarkan bukan hanya ilmu yang penting, namun adab juga harus diutamakan. Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana menyebut para santri masih terluka atas tayangan televisi Trans7 dalam program Xpose Uncesored yang dinilai membuat sakit hati para ulama dan santri.
"Aksi damai ini menunjukkan solidaritas betapa takdimnya santri terhadap kiai, sebagai bentuk kekecewaan dari sebuah tayangan. Saya rasa itu. Sebagai warga Kediri, tahu betul kehidupan pondok," kata dia.
Ia mengakui bisa membayangkan perasan santri ikut terluka ketika masyaikh mereka di framing yang kurang baik.
"Saya bisa membayangkan betapa terlukanya teman-teman saat masyaikh di-framing dalam hal kurang baik. Kita doakan semoga aksi damai ...