Temulawak: Dari Warisan Nusantara Menuju Branding Dunia

Temulawak. Foto : republika

Oleh: Yori Yuliandra, PhD

Associate Professor pada Fakultas Farmasi Universitas Andalas

Korea punya ginseng, India punya kunyit. Lalu, apa yang bisa jadi ikon herbal Indonesia? Jawabannya ada di dapur kita sendiri: temulawak (Curcuma xanthorrhiza). Selama berabad-abad, rimpang ini menjadi bagian dari tradisi jamu, tetapi hingga kini belum memiliki branding global sekuat kompetitornya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pemerintah melalui Kemenkes sedang bersiap untuk mengajukan temulawak untuk mendapat pengakuan sebagai warisan dokumenter global, khususnya di tingkat Asia Pasifik. Langkah ini adalah gerakan yang tepat dan patut didukung. Hal ini karena temulawak merupakan warisan nusantara yang belum dimaksimalkan.

Jejak historis temulawak di Nusantara terbilang sangat dalam. Bukti arkeologis menunjukkan pemanfaatannya sudah berlangsung sejak era kerajaan-kerajaan besar di Jawa. Pada masa Kerajaan Mataram Kuno, temulawak bahkan diperdagangkan sebagai komoditas berharga yang melintasi jalur niaga antarpulau. Relief pada Candi Borobudur yang menggambarkan aktivitas masyarakat sedang meramu jamu dengan berbagai rimpang yang diyakini termasuk temulawak menjadi saksi bisu bahwa tradisi penggunaan tanaman obat ini telah mengakar kuat dalam budaya Indonesia sejak berabad-abad silam.

Validasi Ilmiah: Dari Dapur Jamu ke Laboratorium

Tradisi pemanfaatan temulawak kini mendapat validasi melalui penelitian modern. Riset kontemporer telah mengungkap beberapa senyawa utama temulawak yang mencakup kurkuminoid (...